Akibat Pengungsian Ibu Ibu Bersalin Bayi di Tengah Hutan, Aktivis HAM: dimana Perhatian Pemda Papua Pegunungan?
Paniai, YamenadiTV - Pembela Hak Asasi Manusia dan Direktur Yayasan Keadilan dan Keutuhan Manusia Papua, Theo Hegesem mengatakan sejak kejadian kontak senjata terjadi antara TNI-POLRI dengan TPNPB di distrik Oksob Kabupaten Pegunungan bintang Provinsi Papua Pegunungan, menyebabkan seluruh masyarakat Distrik Oksob mengungsi ke Hutan.
"Akibat mengungsi masyarakat terutama ibu ibu melakukan persalinan di hutan dan berusia lanjut menghembuskan nafas terakhirnya di pengungsian dan lainnya sulit mendapatkan makanan ditengah pengungsian itu," jelas Theo Hegesem kepada Awak Media, Jumat (10/01/2025).
Aktivis HAM Theo Hegesem menyampaikan pengungsian masyarakat distrik Oksob mereka tak ada yang mengurus mereka. Namun mereka hanya di urus oleh relawan lokal dari 5 Kampung, karena mereka peduli dengan orang tua yang ada pengungsian.
"Ibu-ibu pengungsi Oksob Kabupaten Pegunungan bintang melahirkan bayi tanpa pertolongan medis di Kamp Pengungsian Tengah Hutan," kata Theo Hegesem.
Aktivis Ham ini menjelaskan Sejak insiden kontak senjata terjadi antara TNI-POLRI versus TPNPB di Distrik Oksob Kabupaten Pegunungan bintang Provinsi Papua Pegunungan, Seluruh masyarakat Distrik Oksob mengungsi ke hutan.
"Kebanyakan dari mereka adalah anak-anak, Ibu-ibu dan lansia. Disana ada beberapa ibu yang hamil dan melahirkan di tengah hutan saat berada di pengungsian. Anak-anak tersebut lahir tanpa bantuan medis, kemudian anak-anak tersebut mereka bungkus dengan Daun yang ada disekitar mereka," katanya.
Menurut, Informasi yang didapat Theo Hegesem, mengatakan, ada masyarkat yang meninggal di pengungsian sementara mereka (masyarakat) juga sakit di pengungsian dan tidak bisa mengakses fasilitas kesehatan sebab mereka berada di tengah hutan.
"Disana tidak ada petugas kesehatan, dengan demikian tidak dapat tertolong dan meninggal dunia," ujarnya dengan nada sedih.
Dalam peristiwa itu, Hegesem, Umur lansia 70-an tahun pun ikut terpaksa ikut mengunjungi berlindung diri di hutan Sitbit bersama dengan masyarakat, kemudian 1 orang usia lansia meninggal dunia.
"Ibu Ibu mereka sudah tua dan tidak berdaya mereka tidak sanggup berjalan kaki di hutan, pada saat mereka mengungsi karena itu terpaksa mereka harus duduk dan beristirahat di hutan Sitbit, serta tanggal 10 Januari 2025, ada seorang ibu atas Nama Poropina Kalaka 70 Tahun, dikabarkan telah meninggal Dunia di hutan di Pengungsian seperti orang asing. Tak hanya itu ada dua Ibu lansia yang umurnya 70an keatas tidak bisa lagi berjalan. Kedua ibu tersebut adalah Efa Mimin dan Yowelina Uropmabin," katanya.
Atas peristiwa itu, menurut Theo Hegesem, Pengungsi Pegunungan Bintang Telah kehilangan tempat, karena kampung mereka di kuasai oleh aparat TNI.
"Dengan demikian semua hak kebebasan mereka telah dirampas sepenuhnya oleh TNI, jelas Aktivis HAM ini," tegasnya.
Theo Hegesem, mempertanyakan, Apakah mereka harus hidup sebagai orang asing di hutan dan tidak bisa hidup di kampung mereka sendiri, Sehingga mereka selalu hidup diselimuti dengan rasa takut dan trauma yang panjang atas kehadiran Militer di Distrik Oksop Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua Pegunungan?
Berikut ini adalah pernyataan Aktivis HAM rekomendasi untuk dapat ditanggapi secara cepat oleh pemerintah:
1. Saya sangat mengharapkan Pemerintah Kabupaten dan Pegunungan Bintang dan Pemerintah Provinsi Papua Pegunungan untuk memperhatikan kebutuhan mereka di Pengungsian. Masyarakat Distrik Oksop adalah Warga Negara. Sehingga negara punya kewajiban untuk memperhatikan kebutuhan mereka di Pengungsian.
2. Saya berharap Pemerintah Provinsi dan Kabupaten memperhatikan nasib Pengungsi di Distrik Oksob Kabupaten Pegunungan Bintang.
3. Pemerintah memperhatikan hak kebebasan mereka, karena sebagai warga Negara, memberikan hak kebebasan, untuk hidup bebas.
4. Segera tarik Pasukan militer dari Distrik Oksop, sehingga masyarakat kembali ke kampung dan halaman mereka.
5. Pemerintah Provinsi Papua Pegunungan dan Kabupaten Pegunungan bintang segera menjamin kebutuhan pangan di setiap kampung pengungsian.
Penulis : Derek Kobepa
Belum ada Komentar
Posting Komentar