Kesaksian Anak Negeri Untuk Mama Pasar Nabire: Rugi Akibat Harga Tawar Paling Rendah
![]() |
Abraham Abugau - Yamenaditv |
Oleh: Abraham Abugau – Aktivis Mahasiswa Papua
Saya ingin menyampaikan satu kenyataan pahit yang setiap hari terjadi di hadapan mata kita, namun sering kali kita abaikan penderitaan Mama-Mama Pasar di Nabire.
Setiap pagi buta, sebelum mentari menyingsing, mama-mama pasar sudah bersiap. Mereka berjalan kaki membawa hasil kebun umbi-umbian, sayur mayur, buah lokal hasil dari kerja keras berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan di kebun. Dengan harapan sederhana: menjual hasil tani untuk bisa membeli beras, sabun, atau kebutuhan sekolah anak-anak mereka.
Namun kenyataan di pasar sangat berbeda dari harapan. Saya menyaksikan sendiri di depan mata saya seorang pembeli datang dan menawar harga seenaknya. Mama-mama menjual satu ikat sayur seharga Rp10.000, tetapi pembeli justru menawar hingga Rp5.000 dan menuntut tambahan sayur daun pepaya. Yang lebih menyakitkan, Mama Pasar menyetujui tawaran itu. Bukan karena rela, tapi karena tidak punya pilihan lain.
Kerja Berbulan-bulan, Uang untuk Dua Hari
Itulah potret buram yang harus kita sadari: hasil kerja keras berbulan-bulan hanya menghasilkan uang untuk kebutuhan dua hari. Perbandingan ini sungguh menyedihkan. Mereka bukan tidak mau bekerja, bukan tidak mampu berinovasi tetapi mereka terjebak dalam sistem ekonomi pasar yang tidak adil, bahkan eksploitatif.
Di satu sisi, harga sayur dan umbi yang mereka jual ditekan serendah mungkin. Di sisi lain, harga sembako dan kebutuhan pokok terus melonjak. Mama Pasar Nabire mengalami kerugian besar setiap harinya, bukan hanya secara materi, tetapi juga beban psikologis dan ketidakpastian hidup keluarga mereka.
Siapa yang Peduli?
Pertanyaan yang muncul: di mana negara? Di mana pemerintah? Di mana janji-janji kesejahteraan?
Visi dan misi pemerintah, katanya ingin membangun kesejahteraan rakyat. Tapi hari ini, kenyataannya adalah penguasa lebih sibuk membagi-bagi kekuasaan daripada menyentuh derita rakyat kecil. Mama-mama pasar, sebagai tulang punggung ekonomi lokal, justru ditinggalkan dalam sistem yang tidak berpihak kepada mereka.
Papua Tidak Butuh Janji Kosong
Papua tidak butuh proyek-proyek besar yang hanya menguntungkan elit. Papua butuh sistem ekonomi yang adil, akses modal bagi mama-mama pasar, perlindungan harga hasil tani, dan kebijakan pasar yang membela petani kecil. Kalau negara benar hadir, maka mulailah dari pasar lokal, dari ekonomi keluarga, dari dapur mama-mama.
Generasi Muda Papua, Jangan Diam!
Kita tidak boleh diam. Kita, generasi muda Papua, harus berdiri bersama Mama Pasar. Kita harus bersuara, mengawal keadilan ekonomi, dan menuntut perubahan kebijakan yang nyata. Karena ketika kita diam, kita ikut melanggengkan ketidakadilan itu.
Mama Pasar bukan hanya penjual sayur. Mereka adalah pahlawan pangan. Mereka adalah benteng terakhir dari ekonomi rakyat Papua.
Sekian Hormat dan salam untuk semua Mama Pasar Papua.
**Tulisan ini sepenuhnya bertanggung jawab oleh penulis**
Belum ada Komentar
Posting Komentar