Sabtu, 12 April

Ads Right Header

Buy template blogger

Makan Bergizi Gratis : Merugikan Pelajar, Ketimbang Pendidikan Gratis Untung!


Makan Bergizi Gratis : Merugikan Pelajar, Ketimbang Pendidikan Gratis Untung!  

Oleh : Derek Kobepa 

Kepala Badan Gizi menyatakan, TNI sangat membantu proses distribusi makan bergizi gratis ke sekolah-sekolah, seperti yang dijelaskan  Prabowo Gibran talah memperkerjakan Tentara Republik Indonesia (TNI) guna distribusikan Makan Bergizi Gratis (MBG) di setiap sekolah yang kini tengah menjalankan program BMG. 

Terkait dengan program itu, beberapa pakar menyebutkan bahwa Program Makan Bergizi Gratis (MBG) adalah salah satu langkah strategis dalam mewujudkan visi Presiden Republik Indonesia Bapak Prabowo Subianto untuk Indonesia Emas 2045. Program ini diluncurkan untuk mendukung salah satu dari delapan misi Asta Cita, yaitu memperkuat pembangunan sumber daya manusia (SDM). Dalam pelaksanaannya, MBG bertujuan untuk mengatasi masalah gizi buruk dan stunting di Indonesia, sekaligus mendukung tumbuh kembang anak-anak, kesehatan ibu hamil dan ibu menyusui, serta meningkatkan kualitas pendidikan di tanah air. 

Disini penulis, akan membahas beberapa formulasi strategi analisa ilmiah terkait dampak  negatif yang penulis menduga akan berdampak buruk bagi kaum pelajar bahkan memperburuk situasi perkembangan anak sekolah. Selanjutnya beberapa hal yang akan menjadi hal buruk kedepan bagi masyarakat Indonesia: 

1. MBG Berdampak Buruk Kesehatan 

Program makan bergizi gratis bisa berdampak buruk jika terjadi keracunan makanan. Keracunan makanan dapat terjadi karena kesalahan teknis dalam pengolahan makanan. Seperti yang dilansir kompas.com beberapa minggu lalu. 

Dampak buruk keracunan makanan, Puluhan siswa di Sukoharjo dan Nunukan mengalami keracunan makanan setelah mengonsumsi menu program makan bergizi gratis.Beberapa siswa mengalami mual setelah memakan ayam tepung yang disajikan, Siswa-siswa tersebut mengaku mencium bau basi dari ayam tepung.

Dampak buruk pola makan tidak sehat, Kelemahan, Gangguan pertumbuhan pada anak-anak, Penurunan fungsi tubuh, Penambahan berat badan berlebihan dan obesitas, Masalah pencernaan, Berat badan naik-turun, Peningkatan risiko penyakit. 

2. MBG Berdampak Merugikan Khas Negera

Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri menyinggung perubahan anggaran program makan bergizi gratis (MBG) yang saat ini menjadi Rp 10 ribu per anak dan ibu hamil. Ia meminta Presiden Prabowo Subianto menghitung ulang anggaran program MBG. Karena Perbowo umumkan Kenaikan Upah Minimum di tingkat Provinsi. Dilansir dari tempo.co. 

Megawati pun meminta Prabowo untuk mengevaluasi harga program MBG. Program itu, kata dia, harusnya bisa dibuat Presiden Prabowo lebih realistis.

"Jadi ya gitu, sory ya Mas (Prabowo) saya mesti kritik. Lha saya bener kok. Saya suruh ibu-ibu hitung, Rp10 ribu dapete opo tho yo (dapatnya apa)? Baru ibu-ibu bilang lha yo opo, paling tempe. Lha iya bener. Saya bisa masak kok," pungkas Megawati.

Sebelumnya, Presiden Prabowo Subianto mengumumkan turunnya anggaran makan bergizi gratis semula Rp 15 ribu menjadi Rp10 ribu per anak dan ibu hamil. Kepala negara meyakini bahwa alokasi tersebut cukup untuk kebutuhan-kebutuhan di daerah.

Prabowo menyampaikan hal tersebut setelah mengumumkan kenaikan upah minimum provinsi usai rapat terbatas di kantor presiden, kompleks Istana Kepresidenan Jakarta pada Jumat, 29 November 2024. Jenderal TNI Purnawirawan ini mengatakan bahwa makan bergizi gratis merupakan sesuatu tambahan kesejahteraan bagi rakyat.

“Kita ingin Rp 15.000. Tapi kondisi anggaran mungkin Rp 10.000, kita hitung untuk daerah-daerah itu cukup, cukup bermutu dan bergizi,” kata Prabowo

Program yang digagas Prabowo ini diproyeksikan membutuhkan anggaran sekitar Rp 800 miliar setiap harinya. Kepala Badan Gizi Nasional, Dadan Hindayana, mengungkapkan bahwa program ini akan menjangkau 82,9 juta penerima di seluruh Indonesia dan dapat mencapai total pengeluaran sebesar Rp 400 triliun pertahun jika diterapkan secara penuh.

“Kalau program ini sudah jalan, maka Badan Gizi Nasional akan belanja Rp 1,2 triliun setiap hari untuk investasi SDM (sumber daya manusia) masa depan. Sekitar 75 persen dari Rp 1,2 triliun itu untuk intervensi Makan Bergizi Gratis, kurang lebih Rp 800 miliar setiap hari,” kata Dadan usai acara BNI Investor Daily Summit 2024 di Jakarta, Selasa, 8 Oktober 2024, seperti dikutip dari Antara.com.

Itu artinya khas negara akan bangkrut hal tidak beruntung bagi masyarakat Indonesia ini, lebih dari itu bisa dapat penyakit lantas bagaimana biaya pengobatan yang mahal ini?.

3. TNI Dipekerjakan Sebagai Koki MBG 

TNI Dipekerjakan Sebagai Koki MBG merupakan suatu satu kewajiban seorang presiden dan serta keterlibatan TNI dalam kehidupan masyarakat (Sosial). Lantas bagaimana biaya bagi TNI apabila digajikan menduga jika demikian TNI gajinya 2x lipat.

Dampak buruk hal tersebut, masyarakat Indonesia sering merasa ketakutan keterlibatan TNI dalam program MBG karena anak anak dan orang tua terkadang ragu atau takut melihat TNI, pada prinsipnya TNI sebagai keamanan negara garda terdepan namun segi lain TNI juga termasuk pelanggaran HAM berat di Indonesia, segera masuk mengenakan senjata api bagaimana anak sekolah tidak takut orang tua saja sering ketakutan. 

Oleh karena itu, keraguan dan kebimbangan terhadap keterlibatan TNI dalam program MBG merasa tidak nyaman bagi pelajar anak usia pertumbuhan. Maka solusinya adalah dipekerjakan yang belum dapat pekerjaan yang sedang nganggur di Indonesia ini.

4. Pemerataan MBG di Seluruh Indonesia 

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) dilaksanakan mulai 6 Januari 2025 secara serentak di seluruh Indonesia. Program ini dilaksanakan secara bertahap. 

Program MBG ini meliputi: Anak-anak sekolah PAUD hingga SMA (negeri dan swasta) Anak-anak balita di bawah 5 tahun Ibu hamil dan ibu menyusui Program MBG ini diharapkan dapat menggerakkan ekonomi masyarakat. Program ini melibatkan pelaku usaha lokal untuk menyuplai bahan makanan. 

Namun program MBG ini tidak dijalankan seluruhnya di seluruh Indonesia karena ada beberapa distrik yang di pedalaman dusun belum mendapatkan MBG. 

Sementara itu, jangankan MBG fasilitas sekolah, tenaga mengajar saja belum maksimal. Ketersediaan atribut sekolah hingga rumah sekolah belum mapan. 

Jika demikian, pemerintah pusat mestinya harus survey data statistik untuk seluruh sekolah yang ada di Indonesia kemudian pastikan jumlah siswa berapa! Guna memastikan fasilitasnya jika ada kekurangan harus dilengkapi sebagai mana mestinya, Lalu boleh untuk progam MBG ini dijalankan agar terlihat merata. 

5. Lebih Penting Mana :BMG atau Pendidikan Gratis 

a) Lebih penting Pendidikan Gratis,

Pemberdayaan Pendidikan memberikan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk meraih kesuksesan dalam hidup. Pendidikan memberdayakan individu untuk membuat keputusan yang lebih baik dan meningkatkan kualitas hidup mereka.

Sementara itu, Mobilitas Sosial Pendidikan dapat membuka pintu bagi peluang kerja yang lebih baik dan mobilitas sosial. Hal ini memungkinkan individu untuk keluar dari kemiskinan dan meningkatkan status sosial mereka.

Kemudian, Pengembangan Masyarakat Pendidikan berkontribusi pada pengembangan masyarakat secara keseluruhan. Masyarakat yang terdidik cenderung lebih maju, inovatif, dan sejahtera.

b) Makan Bergizi Gratis 

Program makan siang gratis adalah sebuah inisiatif yang bertujuan untuk memberikan makanan bergizi secara cuma-cuma kepada siswa sekolah. Meskipun terdengar mulia, program ini juga memiliki potensi dampak buruk yang perlu dipertimbangkan dengan matang.

7) Dampak Buruk Makan Bergizi Gratis 

Berikut adalah beberapa di antaranya:

a)  Beban Anggaran Negara, Program makan siang gratis berskala nasional akan membutuhkan anggaran yang sangat besar. Hal ini dapat membebani keuangan negara, terutama jika tidak direncanakan dan dikelola dengan baik.

b) Ketergantungan dan Pemborosan: Jika tidak hati-hati, program ini dapat menciptakan ketergantungan pada siswa dan keluarga terhadap makanan gratis. Selain itu, potensi pemborosan juga tinggi jika sistem distribusi dan logistik tidak efisien.

c) Dampak pada Sektor Pertanian dan Perdagangan: Program ini dapat memengaruhi sektor pertanian dan perdagangan. Jika sumber bahan makanan tidak terkelola dengan baik, dapat terjadi distorsi pasar dan ketidakstabilan harga.

d) Masalah Gizi dan Kesehatan: Meskipun bertujuan memberikan gizi yang baik, program ini juga berpotensi menimbulkan masalah gizi dan kesehatan jika menu makanan tidak seimbang atau tidak sesuai dengan kebutuhan siswa.

e) Kerentanan terhadap Korupsi: Program dengan anggaran besar sangat rentan terhadap praktik korupsi. Pengawasan yang lemah dapat membuka celah bagi penyalahgunaan anggaran dan praktik yang tidak transparan.

f) Kurangnya Fleksibilitas: Program nasional yang seragam mungkin tidak dapat mengakomodasi kebutuhan dan preferensi lokal. Hal ini dapat menyebabkan masalah gizi yang tidak merata dan kurangnya partisipasi dari masyarakat.

Penting untuk diingat: Dampak buruk ini bukanlah sesuatu yang pasti terjadi. Jika program makan siang gratis direncanakan, diimplementasikan, dan dievaluasi dengan cermat, potensi dampak negatif dapat diminimalkan.

8) Kesimpulan 

a) Perencanaan yang Matang: Program ini memerlukan perencanaan yang matang, termasuk perhitungan anggaran, sumber bahan makanan, sistem distribusi, dan pengawasan yang ketat. Seperti dijelaskan lembaga pendidikan tinggi Kesehatan UGM. 

b) Keterlibatan Masyarakat: Libatkan masyarakat, termasuk petani, pedagang, ahli gizi, dan orang tua siswa, dalam perencanaan dan implementasi program.

c)  Evaluasi Berkala: Lakukan evaluasi berkala untuk memastikan program berjalan efektif dan efisien, serta untuk mengidentifikasi potensi masalah dan mencari solusinya.

d) Transparansi dan Akuntabilitas: Pastikan program ini dijalankan dengan transparan dan akuntabel. Libatkan pihak independen untuk mengawasi penggunaan anggaran dan pelaksanaan program.

Dengan perencanaan dan pengelolaan yang baik, program makan siang gratis dapat menjadi alat yang efektif untuk meningkatkan gizi siswa dan mendukung pendidikan mereka. 

Penulis : Adalah Seorang Pemuda Yang Tinggal di Papua Tengah/ Kamis, (13/02/2025)

Artikel ini Bebas dibagikan!

Belum ada Komentar

Posting Komentar

Ads Post 1

Ads Post 2

Ads Post 3

Ads Post 4