Jumat, 2 Mei

Ads Right Header

Buy template blogger

Makan Bergizi Gratis (MBG) Strategi Slowmotion Genosida bagi penduduk Orang Asli Papua POAP)

Dik/SPWP

Makan Bergizi Gratis (MBG)  Strategi Slowmotion Genosida bagi penduduk Orang Asli Papua POAP)

Oleh : Yefta Lengka

OPINI - “Program negara yang dijalankan tanpa perencanaan dan Kajian adalah program cacat berpikir. Dengan demikian harus dihentikan atas nama pembangunan dan kemajuan Negara. Jika program dipaksakan untuk berjalan, maka pemimpin Negara sedang mempertontonkan kebodohannya dihadapan rakyat”.

KETERLIBATAN TNI DALAM MEMBERI MAKAN BERGIZI GRATIS, MENGAWAL PROGRAM FOOD STATE, PROYEK STRATEGIS NASIONAL DAN BEBERAPA PROYEK LAINNYA DI TANAH PAPUA TELAH MENGHIDUPKAN KEMBALI DWIFUNGSI TNI DI ERA REFORMASI.

Pada era Reformasi Dwifungsi ABRI (sekarang TNI) telah ditiadakan atau dihapus, dengan demikian TNI seharusnya berfokus pada keamanan Negara serta segala Alutsistanya dari ancaman eksternal.

Setelah reformasi sebagian orang papua merasa sedikit lega karena hal itu akan membuka krang demokrasi. Reformasi membawa orang papua pada fase dimana orang papua merasa ada seberkas cahaya dan harapan. Namun sayangnya setelah reformasi Negara Indonesia, papua masih diselimuti rasa takut, dihantui sejarah kelam TNI, tidak ada kebebasan berpendapat, tidak ada ruang diskusi, tidak ada ruang doa bersama dimuka umum, rasisme, diskriminasi, pandangan terhadap orang papua bodoh, terbelakang, primitive dan lain sebagainya masih ada.

Selain itu tanah papua TNI memiliki Jejak rekam yang buruk.  TNI telah meniggalkan luka yang sangat mendalam terhadap Orang Papua. Hal itu terjadi karena beberapa operasi militer yang menimbulkan ratusan ribu orang papua mengungsi. Ada yang menjadi korban saat mempertahankan Ideologi. Ada yang menjadi korban karena mempertahankan tanah dan hutan sebagai warisan leluhur. Ada yang menjadi korban di kamp-kamp pengungsian akibat sakit, dingin, lapar, haus dan panas serta berbagai penyakit. Termasuk tekanan psikologi. Memori orang papua dari dulu hingga kini masih jernih dalam memahami sejarah masa lalu tentang kebiadaban TNI di tanah Papua.

Program yang dicetus Negara baik itu Makan Bergizi Gratis, Program Food State (lumbung pangan nasional), Program strategis Nasional, masih banyak lainnya tidak pernah ada kajian ilmiah. Sehingga tidak ada sosialisasi kepada masyarakat sebagai subjek atau penerima manfaat.

Di daerah pedalaman Papua, anak-anak sekolah selalu merasa takut karena TNI selalu membawa senjata di sekolah dan menduduki sekolah dan Gedung gereja sebagai Pos TNI. Tentu TNI akan berperan di daerah Papua Dalam program makan bergizi gratis. Jika ini terjadi, maka orang tua anak tidak akan merelakan anaknya untuk makan makanan olahan TNI. Sebab orang tua anak tersebut merasa tidak aman dengan kehadiran TNI dan sejarah kelam orang papua.

Selain itu Media dan sarana yang digunakan adalah militer TNI. Hal ini tidak menutup kemungkinan untuk memangkas sejumlah anggaran di beberapa kementerian. Ini akan mengakibatkan lonjakan tunggakan pekerja akan tertumpuk dan banyak urusan kementerian akan terbengkalai.

SETIAP KEBIJAKAN JAKARTA UNTUK PAPUA, SELALU TIDAK ADA KAJIAN DAN TIDAK ADA KETERLIBATAN ORANG ASLI PAPUA SEBAGAI PENERIMA MANFAAT.

Sala satu Contoh kasus adalah keberlanjutan UU Nomor 21 tahun 2001 tentang otonomi Khusus bagi Provinsi Papua. 99,9% Penduduk orang asli papua telah menolak keberlanjutan Otonomi Khusus di tanah Papua. Setelah itu dengan kekuatan yang sama orang asli Papua Menolak 4 Pemekaran Daerah Otonomi baru di tanah Papua.

Program Makan siang Gratis yang di dikampanyekan Prabowo-Gibran saat mencalonkan diri sebagai calon Presiden dan Wakil Presiden Indonesia adalah sala satu dari beberapa poin yang dikemukakan tanpa perencanaan. Setelah dipertimbangkan namanya diubah menjadi Makan bergizi gratis dan skalanya dipersempit kepada anak-anak sekolah. Pembiayaan juga membengkak sehingga berpotensi melakukan pemangkasan anggaran dari beberapa sector. Dengan demikian MBG tidak memiliki perencanaan dan kajian.

Telah diketahui bahwa MBG bukanlah program inisiatif yang baru dimunculkan pemerintah Indonesia. Di banyak negara, program ini sudah dijalankan. Ada yang berhasil dan ada yang tidak. Dan semua itu tergantung perencanaan yang matang. Bukan salah ucap saat kampanye.

Di Swedia, program MBG berkorelasi positif dengan peningkatan kualitas pendidikan dan kesehatan secara umum (Lundborg, 2022). 

Di Amerika Serikat, program MBG difokuskan di daerah-daerah miskin saja. Kebijakan ini berhasil meningkatkan kualitas gizi, prestasi akademik, kehadiran di sekolah, dan menghapus stigma kemiskinan akibat program sebelumnya yang didesain means-tested (Davis, 2022).

PROGRAM MAKAN SIANG GRATIS (MAKAN BERGIZI GRATIS) SEBAGAI “IDE TIBA-TIBA” PRABOWO-GIBRAN TIDAK PENTING BAGI PAPUA.

Secara kultur dan ras, Orang papua berbeda dengan Orang Melayu. Papua masuk dalam ras Melanesia dan memiliki budaya yang unik sesuai Wilayah adat masing-masing. Dari cara makan, berbicara, kepemimpinan adat, busana pakaian, penggunaan bahasa dan lain sebagainya. Makanan yang dikonsumsi juga sangat mempengaruhi pola pikir. 

Orang papua telah hidup berabad-abad bergantung pada persediaan alam. Alam telah menyediakan segala keperluan orang papua. Berbagai kandungan Gizi telah disediakan alam secara utuh, orang papua menikmati itu. Secara fisk dan psikologi.

Makanan bergizi yang diberikan pemerintah Indonesia melalui TNI adalah Makanan dan minuman yang mengandung bahan pengawet. Berikut adalah makanan dan minuman mereka berikan beberapa waktu belakangan ini; Nasi, Ayam, teh kotak dan minuman kemasan lainnya.

Di tanah papua sesuai uji Laboratorium; Ubi jalar, singkong dan sagu merupakan makanan dengan karbohidrat tinggi yang telah diakui dunia. Dan tanah papua merupakan gudangnya karbohidrat. Ikan sumber protein tidak ada habisnya di tanah papua dan masih banyak lainnya. 

Namun TNI tidak  memanfaatkan pangan local yang ada. Padahal Orang papua telah menyatu dengan alam sehingga segala makanan dan minuman yang dikonsumsi juga membentuk IQ termasuk kebiasaan hidup.

ANAK-ANAK DI TANAH PAPUA MEMBUTUHKAN PENDIDIKAN YANG BENAR-BENAR TIDAK DIPUNGUT BIAYA SEPERSEN PUN (GRATIS).

Banyak anak-anak di papua yang tidak bisa sekolah karena orang tua tidak mampu membiayai pendidikan anaknya. Ada juga anak-anak yang kehilangan orang tua sehingga tidak memiliki sponsor pendidikan. sehingga banyak anak-anak memilih untuk hidup di jalanan tanpa arah dan tujuan hidup yang jelas.

Walau demikian mereka terus hidup dan terlantar. Mereka bertumbuh dijalanan dan terlibat dalam berbagai jenis kegiatan negative yang dapat mengganggu kedamaian dan kenyamanan orang lain. 

Anak-anak ini adalah aset keluarga, suku, gereja, komunitas, bangsa dan Negara. Mereka adalah masa depan bangsa. Masa depan warisan budaya dan Negara. Jika tidak ada anak-anak maka tidak ada masa depan keluarga, suku, gereja, komunitas, bangsa dan Negara. Jika anak-anak diabaikan dari hak pendidikan dan kesehatan maka masa depan bangsa dapat dikhawatirkan.

Di tanah papua, khususnya daerah pelosok banyak fasilitas yang tidak memadai. Tidak ada tenaga pendidik. Akses hingga medan pendidik dan anak didik sangat sulit. Hal ini membuat perkembangan pendidikan di daerah perkotaan dan daerah pinggiran menjadi tumpang tindih.

Beberapa waktu lalu anak-anak sekolah Di Kabupaten Yahukimo menentang Program MBG. Dalam spanduk yang mereka gunakan tertulis “ Kami butuh Pendidikan Gratis. Bukan Makanan Gratis”.

Dalam aksi demonstrasi anak-anak tersebut ingin menyatakan bahwa yang sebenarnya dibutuhkan adalah pendidikan. mereka merasa lembaga pendidikan harus tanpa biaya. Dan lembaga pendidikan tidak boleh membuat orang tua mereka menjadi beban. 

Para siswa yang tergabung Solidaritas Pelajar West Papua (SPWP) ini menginginkan agar pendidikan itu benar-benar tanpa dipungut biaya. Baik itu biaya pendaftaran, biaya pembangunan, operasional sekolah hingga pada penamatan nantinya. Itu harus berlaku dari TK, SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi.

PENGALAMAN PENJAJAH TERHADAP BANGSA TERJAJAH

Orang Papua Merasa dijajah oleh bangsa Indonesia karena sejarah Penggabungan Papua ke dalam Indonesia yang militeristik dan tidak demokratis. Orang Papua juga mengalami banyak penderitaan melalui rasisme, diskriminasi dan stigma negara atas orang Papua sebagai perampok, penjahat, kriminal, teroris, primitif, terbelakang, miskin, bodok dan lain sebagainya.

Viktor Yeimo menulis bahwa: Penjajah di berbagai belahan dunia telah menggunakan makanan sbg senjata utk membunuh, melemahkan, dan menundukkan bangsa yg mereka jajah. Di Kanada, 1940-an - 1950-an, penjajah memaksa anak anak  sekolah di asrama makan makanan yg penuh zat kimia. Mereka bilang itu “makanan sehat,” tapi itu membuat anak anak gizi buruk, lemah, sakit, dan banyak mati.

Selama perang Iran-Irak, ada laporan pasokan susu bubuk yg diberikan kepada anak anak di sekolah sekolah di Irak telah terkontaminasi dengan zat beracun. Akibatnya, ribuan anak mengalami keracunan massal, banyak yg meninggal atau mengalami gangguan kesehatan permanen.

Di Afrika Selatan (1980-an, dibawah rezim apartheid, anak anak sekolah kulit hitam diberi makanan yg telah dicampur dgn zat kontrasepsi dan bahan kimia lain yg melemahkan sistem kekebalan tubuh mereka. Ini dilakukan utk mengurangi pertumbuhan populasi kulit hitam dan menjaga dominasi kolonial kulit putih.

Di Afghanistan, anak-anak dan pejuang diberikan makanan gratis yg ternyata sudah diracuni oleh Uni Soviet. Setelah mereka makan, tubuh mereka melemah dan banyak yg mati perlahan-lahan. 

Sejarah sejarah diatas mengajarkan bahwa penjajah tidak pernah memberi makan tanpa tujuan. Anak-anak sekolah juga menjadi target karena mereka adalah masa depan dari bangsa yg ingin ditundukkan penjajah. 

Sepanjang sejarah, penjajah selalu datang dengan dua wajah, satu tangan menindas, tangan lainnya menawarkan "kebaikan." Mereka membunuh, merampas, dan menindas, tetapi di saat yg sama, mereka membangun jalan, sekolah, rumah sakit, dan membagikan makanan. Ini bukan karena mereka peduli, tetapi karena mereka ingin memastikan bahwa kita tetap tunduk dan bergantung kepada mereka.

Soekarno pernah bilang "Jangan sekali-kali percaya pada manisnya kata-kata penjajah. Mereka hanya ingin kita lupa bahwa kita masih dijajah". Penjajah memberimu makan gratis tapi tidak pernah memberi pendidikan gratis apalagi menawarkan pendidikan yg membebaskan. Ini adalah siasat licik yg telah digunakan penjajah sepanjang sejarah utk menguasai tubuh, pikiran, dan tanah air kita.

Artinya, ini sama persis dengan penjara. Disana kita makan gratis, tidur bangun dijaga dalam kurungan gratis, tapi tanpa memiliki kebebasan atau tetap dalam kurungan penjajah. 

Tulisan Yeimo diatas persis dengan apa yang dihadapi oleh orang Papua hari ini dibawa kepemimpinan Prabowo Subianto dan Wakilnya.

Penulis : Penulis adalah Aktivis Kemanusiaan asal Wamena- Papua, Tanah Huwurdla, 17 Februari 2025. 

Belum ada Komentar

Posting Komentar

Ads Post 1

Ads Post 2

Ads Post 3

Ads Post 4